CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 26 Januari 2013

Kesenian di Daerah JAWA BARAT


Ø     Alat Musik

1.  Gamelan
Gamelan berasal dari bahasa ‘’gamel’’ yang berarti memukul /menabuh dan akhiran ‘’an’’ yang berarti kata benda. Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,gambang,gendang, dan gong.istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya,yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Orkes gamelan kebanyakan terdapat dipulau Ja
wa, Madura, Bali dan Lombok.

























2.  Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2,3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik angklung adalah awiwulung (bambu berwarna hitam) danawitemen (bambu berwarna putih).Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat.Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari rituspadi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Angklung Alat musik daerah IndonesiaAda beberapajenisangklung, diantaranya:
1.            AngklungKanekes (Baduy)
2.            AngklungDogdogLojor
3.            AngklungGubrag
4.            AngklungBadeng
5.            AngklungBuncis
6.            AngklungBungko
7.            AngklungSoetigna

Alat musik angklung berasal dari tanah sunda (Jawa Barat). Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan sunda. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung.
Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung malahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambing Dewi Padi pemberi kehidupan. Sejak November 2010, angklung sudah terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non bendawi Manusia dari UNESCO.





3.  Degung

Degung adalah kumpulan alat musik dari sunda. Ada dua pengertian tentang istilah degung.


·                    Degung sebagai nama perangkat gamelan.
·                    Degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro


Kemudian gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE6JRaZmFhlhybqRX5QZjQBbGYxI87SOcmkYJLh0WvvEqc68rJBdvhRNxwKtrJhNvDXQl44-CTWCopwJ6UNVfIfA-PkH8JFXorjY2bnaJFhK6aaZ4cEyQq8yF48-3aKfJZxuVxyx5_3Vo/s1600/degung.jpg












4.  Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung(bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).           
Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal :
1.  Calung rantay, bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik).
2.  Calung jinjing, berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu).
Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjERHp7L3oijiqY3e15l4mqFyh3UAjujMkVwGpROum94t2Wd5fHaHeRB6hKmwJV9jcf1Wxo0n38kDUzTdT3eMLT13oYT1GFXNK9PwisspWZ_Y-yAo89Yw-Yd6Jl7dSKVU_q2qPhRWqgaI0/s1600/calung_3.jpg














Ø     Tarian
1.              Jaipong
Jaipongan adalah sebuah genre senitari yang lahir dari seni kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada seni rakyat yang salah satunya adalah ketuktilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharaan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan / Baji doran atau KetukTilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeundan beberapa ragam gerak minced dari beberapa kesenian diatas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yaknikeceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dankesederhanaan (alami, apaadanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (IbingPola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (IbingSaka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran,  terutama di daerah Subang.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXWR0y27LXy1-rgSRcDIETuc_iV9J_VoDZ9KGeAeyDfiMtbSuhdeQiQed_ZBe1j1uUy9KuJDyqEYw85dkSU6MiuG8-_vb-h8MNXdj9coQ6nepyH7Sdgjwd5JSAoRpbvgoSlnUguEhnNF5i/s1600/tari-jaipong3.jpg

http://cdn.ridwanaz.com/wp-content/uploads/2011/02/tari-jaipong.jpghttp://membacafirst.files.wordpress.com/2011/10/jaipong2.jpg





2.  Kuda Renggong

Kesenian dari daerah Sumedang , kata ‘’renggong’’ merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan (bahasa sunda untuk ‘’keterampilan’’). Menurut beberapa seniman, kuda  renggong muncul pertama kali dari desa cikurubuk, kecamatan buah dua kabupaten sumedang.
Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni helaran (pawai, karnaval) kuda renggong telah berkembang dilihat dari pilihan kudanya yang tegap dan kuat, aksesoris kuda dari perlengkapan musik pengiring, para penari dll.
Akhirnya kuda renggong menjadi seni pertunjukan khas kabupaten Sumedang. Kuda renggong kini telah menjadi komoditi pariwisata yang di kenal secara nasional dan internasional.










3.  Sisingaan atau Gotong Singa
Sisingaan atau Gotong Singa (sebutan lainnya Odong-odong) merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat Jawa Barat, khas Subang(di samping seni lainnya seperti Bajidoran dan Genjring Bonyok) berupa keterampilan memainkan tandu berisi boneka singa (Sunda: sisingaan, singa tiruan) berpenunggang.
Dalam perkembangan bentuknya Sisingaan, dari bentuk Singa Kembar yang sederhana, semakin lama disempurnakan, baik bahan maupun rupanya, semakin gagah dan menarik. Demikian juga para pengusung Sisingaan,
 kostumnya semakin dibuat glamour dengan warna-warna kontras dan menyolok.. Demikian pula dengan penataan gerak tarinya dari hari ke hari semakin ditata dan disempurnakan. Juga musik pengiringnya, sudah ditambahkan dengan berbagai perkusi lain, seperti bedug, genjring dll. Begitu juga dengan lagu-lagunya, lagu-lagu dangdut popular sekarang menjadi dominan. Dalam beberapa festival Helaran Sisingaan selalu menjadi unggulan, masyarakat semakin menyukainya, karena itu perkembangannya sangat pesat.
Penyajian
Pola penyajian Sisingaan meliputi:
1.   Tatalu (tetabuhan, arang-arang bubuka) atau keringan
2.   Kidung atau kembang gadung
3.   Sajian Ibingan di antaranya solor, gondang, ewang (kangsreng), catrik, kosong-kosong dan lain-lain
4.   Atraksi atau demo, biasanya disebut atraksi kamonesan dalam pertunjukan Sisingaan yang awalnya terinspirasi oleh atraksi Adem Ayem (genjring akrobat) dan Liong (barongsay)
5.   Penutup dengan musik keringan.

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSU_5p5s4x8_4RlbD3To2QbZ3FA9qGulZf8FC7G5jJ6d7gJITys







4.                   Tari Topeng
Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerahCirebon, termasuk Indramayu, Jatibarang, Losari, dan Brebes. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah tari topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gayaParahyangan yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu Minakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Minakjingga (disebut juga kelana), dengan topeng warna merahmewakili karakter yang berangasan, tempramental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.
Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng.Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya.

http://santisalayanti.blog.stisitelkom.ac.id/files/2012/07/1299313821689985134_300x426.66666666667.jpg

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSrobQytJV9X2eLAHUzkSgkT0kG3tB2YB07qdJ2OX4A_fR8i0Weig









5.                   Sintren
Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.
Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRUEw53ruSjGf2F_D9Lbaj3-60jweR7PP3a5oQhejWf4Kfo6f_TVQ




http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTCnJ9Nq4YDCq3vpaHqlcb-c-UxDyHs6Z2LN2RloXaUxxJ_-rL_-g






Ø     Bela Diri
1.                   Pencak Silat
Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara.  Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Istilah silat dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi khusus di Indonesia istilah yang digunakan adalah pencak silat. Istilah ini digunakan sejak 1948 untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang berkembang di Indonesia.[3] Nama "pencak" digunakan di Jawa, sedangkan "silat" digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya dan Kalimantan. Dalam perkembangannya kini istilah "pencak" lebih mengedepankan unsur seni dan penampilan keindahan gerakan, sedangkan "silat" adalah inti ajaran bela diri dalam pertarungan.
Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama.[6] Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya yaitu gayong dan cekak.[6] Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat.[6] Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah "silat" paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia Tenggara.[6]


http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS3OlLiZ7DtbUPoUoz3R5gdpdliyVDi7NO58IMboqITZe00VG5h
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSDbIlBxKWaCzvHWKUqA-l7YGsgqR0-vC3zW5JqTHSOMxR2z3AgpA 










Ø    Wayang Golek

Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.



http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/91/Cepot_Wayang.jpg/180px-Cepot_Wayang.jpg


http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTFxNQ_ljZShN8nBurqDX6WlV_NMi1DMJrDpERQ9dXR4Z1Zt0lusQ











Ø    Upacara Adat di Kampung Naga
Upacara-upacara yang senantiasa dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga ialah Upacara Menyepi, Upacara Hajat Sasih, dan Upacara Perkawinan.

1.         Upacara Menyepi
Upacara menyepi dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga pada hari selasa, rabu, dan hari sabtu. Upacara ini menurut pandangan masyarakat Kampung Naga sangat penting dan wajib dilaksanakan, tanpa kecuali baik laki-laki maupun perempuan. Oleh sebab itu jika ada upacara tersebut di undurkan atau dipercepat waktu pelaksanaannya. Pelaksanaan upacara menyepi diserahkan pada masing-masing orang, karena pada dasarnya merupakan usaha menghindari pembicaraan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan adat istiadat. Melihat kepatuhan warga Naga terhadap aturan adat, selain karena penghormatan kepada leluhurnya juga untuk menjaga amanat dan wasiat yang bila dilanggar dikuatirkan akan menimbulkan malapetaka.

2.         Upacara Hajat Sasih
Upacara Hajat Sasih dilaksanakan oleh seluruh warga adat Sa-Naga, baik yang bertempat tinggal di Kampung Naga maupun di luar Kampung Naga. Maksud dan tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon berkah dan keselamatan kepada leluhur Kampung Naga, Eyang Singaparna serta menyatakan rasa syukur kepada Tuhan yang mahaesa atas segala nikmat yang telah diberikannya kepada warga sebagai umat-Nya.
Upacara Hajat Sasih diselenggarakan pada bulan-bulan dengan tanggal-tanggal sebagai berikut:
1.   Bulan Muharam (Muharram) pada tanggal 26, 27, 28
2.   Bulan Maulud (Rabiul Awal) pada tanggal 12, 13, 14
3.   Bulan Rewah (Sya'ban) pada tanggal 16, 17, 18
4.   Bulan Syawal (Syawal) pada tanggal 14, 15, 16
5.   Bulan Rayagung (Dzulkaidah) pada tanggal 10, 11, 12
Upacara Hajat Sasih merupakan upacara ziarah dan membersihkan makam. Sebelumnya para peserta upacara harus melaksanakan beberapa tahap upacara. Mereka harus mandi dan membersihkan diri dari segala kotoran di sungai Ciwulan. Upacara ini disebut beberesih atau susuci. Selesai mandi mereka berwudlu di tempat itu juga kemudian mengenakan pakaian khusus. Secara teratur mereka berjalan menuju mesjid. Sebelum masuk mereka mencuci kaki terlabih dahulu dan masuk kedalam sembari menganggukan





kepala dan mengangkat kedua belah tangan. Hal itu dilakukan sebagai tanda penghormatan dan merendahkan diri, karena mesjid merupakantempat beribadah dan suci. Kemudian masing-masing mengambil sapu lidi yang telah tersedia di sana dan duduk sambil memegang sapu lidi tersebut.

3.         Upacara Perkawinan
Upacara perkawinan bagi masyarakat Kampung Naga adalah upacara yang dilakukan setelah selesainya akad nikah. adapun tahap-tahap upacara tersebut adalah sebagai berikut: upacara sawer, nincak endog (menginjak telur), buka pintu, ngariung (berkumpul), ngampar (berhamparan), dan diakhiri dengan munjungan.
Upacara sawer dilakukan selesai akad nikah, pasangan pengantin dibawa ketempat panyaweran, tepat di muka pintu. mereka dipayungi dan tukang sawer berdiri di hadapan kedua pengantin. panyawer mengucapkan ijab kabul, dilanjutkan dengan melantunkan syair sawer.
ketika melantunkan syair sawer, penyawer menyelinginya dengan menaburkan beras, irisan kunir, dan uang logam ke arah pengantin. Anak-anak yang bergerombol di belakang pengantin saling berebut memungut uang sawer. isi syair sawer berupa nasihat kepada pasangan pengantin baru.
Usai upacara sawer dilanjutkan dengan upacara nincak endog. endog (telur) disimpan di atas golodog dan mempelai laki-laki menginjaknya. Kemudian mempelai perempuan mencuci kaki mempelai laki-laki dengan air kendi. Setelah itu mempelai perempuan masuk ke dalam rumah, sedangkan mempelai laki-laki berdiri di muka pintu untuk melaksanakan upacara buka pintu.
Dalam upacara buka pintu terjadi tanya jawab antara kedua mempelai yang diwakili oleh masing-masing pendampingnya dengan cara dilagukan. Sebagai pembuka mempelai laki-laki mengucapkan salam 'Assalammu'alaikum Wr. Wb.' yang kemudian dijawab oleh mempelai perempuan 'Wassalamu'alaikum Wr. Wb.' setelah tanya jawab selesai pintu pun dibuka dan selesailah upacara buka pintu.







Setelah upacara buka pintu dilaksanakan, dilanjutkan dengan upacara ngampar, dan munjungan. Ketiga upacara terakhir ini hanya ada di masyarakat Kampung Naga. Upacara riungan adalah upacara yang hanya dihadiri oleh orang tua kedua mempelai, kerabat dekat, sesepuh, dan kuncen. Adapun kedua mempelai duduk berhadapan, setelah semua peserta hadir, kasur yang akan dipakai pengantin diletakan di depan kuncen. Kuncen mengucapakan kata-kata pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan doa sambil membakar kemenyan. Kasur kemudian di angkat oleh beberapa orang tepat diatas asap kemenyan.
Usai acara tersebut dilanjutkan dengan acara munjungan. kedua mempelai bersujud sungkem kepada kedua orang tua mereka, sesepuh, kerabat dekat, dan kuncen.






http://sahatavie.student.umm.ac.id/files/2010/08/upcra.jpg



















0 komentar:

Posting Komentar